Episode 1
Jawaban
doa ku lewat Murobbi ku
“Ayo siap-siap, sudah hampir jam 4. Jangan sampai
ketinggal bis” kata seorang kawan mengingatkan untuk berkemas karena mendekati jam
pulang kantor. Bekera di perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan memang
agak berbeda. Khususnya lokasi kerja. Alhamdulillah, sudah beberapa bulan ini
aku pindah ke kantor pusat oprasional sehingga memungkinkan untuk pulang pergi
setiap harinya.
Sore itu bus
karyawan rame dengan bahasan pilkada kota tempat tinggal. Ya, besok hari libur
karena ada perhelatan pemilihan walikota periode baru. Tidak sedikit dari mereka
yang mendukung salah satu calon yang sekarang masih menjabat walikota, dan
sebaliknya. Suasana gaduh seperti di pasar, pikir ku. Biasanya setelah bus
masuk ke jalan utama lintas propinsi, suasana mulai tenang. Hampir semua
penumpangnya diam karena sibuk urusan masing-masing. Ada yang telp keluarga,
sampai ada yang tidur karena capek kera seharian.
Sekitar 20 menit
perjalanan, hp di saku jaket bergetar. Pelan aku ambil, ternyata masih bergetar
terus dan baru sadar ternyata itu bukan sms seperti dugaan awal. Biasanya jam
sepulang kerja ada saja kawan yang mengirimkan kabar lewat sms meski sekadar say hallo. Tapi ternyata ada seseorang
di sana yang menelpon ku. Segera ku ambil dan ku angkat telpon itu.
“Assalamualaikum,
antum posisi di mana ya akhi ??” Tanya seseorang dengan suara yang sangat aku
kenal. Beliau adalah pak ustadz yang mengajariku mengaji di kota tempat tinggal
ku sekarang. Agak heran juga, tidak seperti biasanya beliau telpon jam segini,
pasti ada urusan penting.
“Waalaikumussalam
pak, ana masih di bus dalam perjalanan pulang” saut ku menawab salam beliau
“Kira-kira
berapa lama perjalanan antum pulang ? nanti saya mau telpon” Tanya pak ustad..
“InsyaALLAH
sekitar setengah jam lagi ana sampai kota pak. Nanti biar ana yang telpon pak” jawab
ku.
“Ga
apa-apa akh, ana ada perlu. Tolong kalo nanti sudah sampai rumah, ana di sms
biar langsung ana telpon ya. OK ana tutup, hati-hati di jalan. Assalamualaikum”
beliau pun menutup pembicaraan
Sesampainya di rumah, ku letakkan peralatan kerja di
tempat biasa dan langsung menuju dapur. Ku ambil air minum dan beberapa butir
buah duku yang baru ku beli tadi di jalan. Sembari menyiapkan baju dan pakaian
kotor karena jadual sore ini adalah mencuci. Ku hirup dalam-dalam udara di
belakang rumah. Sejuk, semoga kesejukan ini yang nanti akan di sampaikan pak
ustadz..
Benar saja, setelah sms ku
sampai, beliau langsung telpon.
“Sudah
sampai rumah ya akhi ??”
“Alhamdulillah,
sudah pak. Ada apa ya pak, sepertinya ada hal penting yang mau bapak sampaikan”
“Iya
akh, penting sekali. Mengenai masa depan antum” jawab beliau jelas
Aku Cuma berpikir. Apa lah kira-kira yang nantinya
akan disampaikan beliau, apa masalah pekerjaan, apa masalah amanah dakwah, atau
yang lainnya ?? Sambil duduk di teras belakang dan bersandar ke tembok lalu ku tanyakan
lagi maksud pertanyaan beliau..
“Afwan pak, maksudnya apa ya,
ana kurang paham” Tanya ku penuh penasaran..
“Antum sudah mantap tinggal di
kota ini” Tanya pak ustad
“InsyaALLAH pak, saya bisa enjoy di sini” jawab ku meyakinkan
“Bagus…. Antum sudah punya
rencana untuk menikah ??”
Pertanyaan itu yang membuat ku tiba-tiba serasa
berhenti sejenak. Meski baru pertama ada pertanyaan seperti itu, namun aku sedikit
menduga arah pembicaraan ini. Mungkin kah beliau punya rencana untuk
mengenalkan dengan salah seorang akhwat di kota ini ? Dugaan ku berdasar atas
struktur pertanyaan beliau. Mulai dari kemantapan tinggal di kota ini dan juga
kerjaan hingga pertanyaan yang paling susah di jawab.
“InsyaALLAH
sudah punya rencana pak, malahan dari jaman kuliah dulu” awab ku sambil tertawa
“Alhamdulillah……..”
ucapan syukur dari pak ustad seolah-olah merasa lega.
“Memang
kenapa pak ?” tanya ku pura-pura heran
“Sudah
ada calonnya belum ?”
“Belum
ada kabar lagi pak. Ana minggu kemarin menghubungi mr di kampus untuk
menyampaikan proposal ana. Tapi belum ada kabar pak”
“OK,
ana tunggu waktu seminggu. Kalo belum ada tolong yang di sana di cancel. Kita garap yang di sini ya…”
“InsyaALLAH
pak. Nanti ana kabari lagi..”
“Syukron
akh, semoga apapun itu adalah yang terbaik dari ALLAH SWT. Sudah dulu ya.
Assalamualaikum” pak ustadz menutup pembicaraan kami
“Afwan,
insyaALLAH pak. Waalaikumussalam”
Ku baringkan badan yang tiba-tiba terasa berat. Nafas
terasa sesak, dan bahkan jatung berdebar-debar tak karuan setelah menerima
telpon dari guru ngaji ku. Sejenak ku bayangkan, mimpi ku untuk menikah dengan
akhwat asal kota tempat ku menyelesaikan pendidikan sarana. Bukan tanpa alasan,
karena tempat bekera jauh dari rumah, akan lebih baik jika menikah dengan akhwat
asli kota itu karena alur mudik (pulang) nya searah.
Tapi aku tak
pernah menolak jika nantinya akan disandingkan dengan akhwat manapun. Karena
bagi ku yang paling penting adalah ia siap menjadi penguat di jalan dakwah.
Bersama-sama dalam mengarungi samudra kehiduapn untuk menggapai ridho ALLAH
SWT. Aku bernah berdoa untuk mendapatkan seorang akhwat yang belum pernah sama
sekali aku kenal,
Mungkin ini kah jawaban atas doa ku itu ?
Berharab bertemu bidadari yang belum pernah
sama sekali aku kenal
Bidadari yang belum pernah aku jumpai ?
Siapa pun dia, semoga itu pilihan MU ya
allah
Kuatkan ikatan di antara kami dengan ikatan
MU ya robb
Satukan kami dalam bingkai dakwah
Jadikan kami bagian dari pejuang2 yang
istiqomah di jalanMU
Aamiin
Prabumulih, 10052014 10.45